Surah Ar-Rum 1-4
Kemenangan Heraklius atas Khusrow II dalam Perang Romawi Timur Persia terakhir, Allah ﷻ abadikan dalam Al-Qur’an. Sebelumnya, kedua imperium saling berganti kemenangan dan kekalahan satu dengan yang lainnya. Namun, tidak ada satu pun yang sanggup mengalahkan lawannya hingga tuntas selama tujuh abad. Kemudian Islam datang dan menuntaskan perseteruan dua imperium tersebut dengan mengalahkan keduanya sekaligus, hampir dalam waktu bersamaan. Artinya, Islam membawa “perdamaian” bagi kedua imperium yang senantiasa berseteru itu.
Allah ﷻ berfirman:
الٓمّٓ (١) غُلِبَتِ الرُّوْمُ (٢) فِيْۤ اَدْنَى الْاَ رْضِ وَهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُوْنَ (٣) فِيْ بِضْعِ سِنِيْنَ ۗ لِلّٰهِ الْاَ مْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْۢ بَعْدُ ۗ وَيَوْمَئِذٍ يَّفْرَحُ الْمُؤْمِنُوْنَ (٤)
“Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi (Bizantium/Romawi Timur) di negeri yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah ﷻ lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman.”(QS. Ar-Rum 30: Ayat 1 – 4)
Wahyu Allah ﷻ ini turun saat Romawi Timur dan kaum Muslimin di Makkah sedang terpuruk. Kaum Muslimin bahkan sedang dalam puncak ujian dan cobaan. Kaum musyrikin menyiksa, mengusir, menghina, dan memboikot kaum Muslimin. Meski mereka berada pada puncak penderitaan akibat gangguan orang-orang musyrik di Makkah, akal dan kalbu mereka justru sedang tercerahkan dengan iman, mereka menyerap ilmu dari Rasulullah ﷺ yang akan mengader mereka sebagai generasi terbaik manusia.
Di saat yang sama, Persia semakin digdaya dengan mengambil kota demi kota di Syam dan Afrika Utara dari wilayah Romawi Timur. Atas kemenangan Persia ini, kaum pagan Makkah sangat bergembira. Sebaliknya, kaum Muslimin merasa sesak dan sedih atas kemalangan Romawi Timur. Ini karena Romawi Timur merupakan kerajaan Ahli Kitab. Secara historis, ajaran Ahli Kitab lebih dekat kepada Islam, bahkan sejatinya agama mereka berasal dari rumpun yang sama, yakni di atas agama Ibrahim yang lurus meski tentunya pada masa Rasulullah ﷺ penyimpangan akidah di kalangan Nasrani tetap tegas diingkari. Adapun kaum pagan Makkah memiliki ikatan kuat dengan Persia karena kesamaan ideologi. Mereka menyembah benda-benda alam dan langit berupa pahatan, api, dan semisalnya.
KAPANKAH SURAH AR-RUM AYAT 1-4 TURUN ?
Mengenai kapan diturunkannya surah ini, setidaknya ada dua pendapat melalui perhitungan tahun dan rentetan peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu 614-628 Masehi.
Pendapat pertama, surah tersebut turun pada tahun 613 atau 614 Masehi. Abdullah bin Mas’ud menuturkan: Ketika ayat berikut diturunkan yaitu surah Ar-Rum [30] ayat 1-4 mereka (kaum musy rikin) mengatakan, “Hai Abu Bakar, sesungguhnya temanmu telah mengatakan bahwa bangsa Romawi akan memperoleh kemenangan atas bangsa Persia dalam masa beberapa tahun mendatang.” Abu Bakar menjawab, “Benar.” Mereka berkata, “Maukah kamu bertaruh dengan kami ?” Mereka pun sepakat. Abu Bakar menjadikan empat ekor unta sebagai taruhannya dengan jarak masa tujuh tahun. Ternyata, setelah berlalu masa tujuh tahun tidak terjadi apa pun, maka orang orang musyrik pun bergembira dengan hal tersebut sehingga kaum Muslimin merasa berat atas kekalahannya.
Dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya (Alif laam Miim). Telah dikalahkan bangsa Romawi, ia berkata, “Bangsa Romawi dikalahkan dan akhirnya kalah.” Ia berkata, “Orang-orang Musyrik senang (berharap) jika bangsa Persia dapat mengalahkan bangsa Romawi, karena mereka adalah penyembah berhala, sedang kaum muslimin senang (berharap) jika Romawi dapat mengalahkan Persia, karena mereka adalah Ahli Kitab. Maka orang-orang menceritakannya pada Abu Bakar, maka Abu Bakar menceritakannya pada Rasulullah ﷺ, maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh nantinya mereka akan menang.” Ibnu Abbas berkata, Lalu Abu Bakar memberitahukan kepada mereka, dan mereka berkata, “Tentukan waktunya antara kami dan engkau; bila kami menang, maka bagi kami anu dan anu, dan bila kalian menang, maka bagi kalian anu dan anu.” Lalu ditetapkanlah waktu lima tahun, namun mereka (bangsa Romawi) belum juga menang, akhirnya Abu Bakar menyampaikan hal itu pada Nabi ﷺ, maka beliau bersabda, “Sebaiknya engkau tetapkan lebih dari itu.” Ia berkata, Menurutku beliau mengatakan, “Sepuluh tahun.” Abdullah berkata, Sa’id bin Jubair berkata, Al Bidl’u adalah di bawah sepuluh, maka setelah itu bangsa Romawi memperoleh kemenangan. Ia melanjutkan, “Itulah (makna) firman-Nya: (Alif laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi) hingga firman-Nya (dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman). Ia berkata, “Mereka bergembira dengan pertolongan Allah.”
(HR. Ahmad Hadits No. 2365, Tirmidzi Hadits No. 3117)
Dengan kata lain, masa kekalahan Romawi Timur menuju kemenangan mereka atas Persia terjadi dalam tiga batasan. Pertama, masa di antara 7 hingga 10 tahun. Kedua, jarak ini dipersempit lagi dengan acuan di bawah 9 tahun sebagaimana atsar di atas. Ketiga, belum genap 9 tahun, tetapi lebih dari 7 tahun sehingga kita sampai pada angka pertengahan, yakni 8 tahun.
Jika kita menggunakan masa 8 tahun ini, maka ia mencocoki rentetan peristiwa peperangan antara Persia dan Romawi Timur. Persia mencaplok dan menguasai Mesopotamia, Syam, serta Mesir pada tahun 613 Masehi. Mereka merebut Damaskus juga Yerusalem di tahun berikutnya (614 M). Delapan tahun setelah jatuhnya Syam dan Yerusalem (622 M), Heraklius beserta tentaranya bergerak dari Konstantinopel untuk menyerang balik Persia di Issus. Delapan tahun setelahnya pula surah tersebut turun. Heraklius memenangkan pertempuran itu. Maka, kemenangan Romawi Timur yang dimaksud dalam awal surah Ar-Rum adalah kemenangan Heraklius dalam Pertempuran Issus pada 622 Masehi.
Namun demikian, pendapat ini memiliki kelemahan. Sebab, hal ini menyelisihi perkataan Sufyan Ats-Tsauri¹ yang mengabarkan bahwa kemenangan Romawi atas Persia terjadi bertepatan dengan Perang Badar terjadi pada tahun 624 M dan ini jelas menyelisihi pendapat kemenangan Romawi yang dimaksud terjadi di tahun 622 Masehi sebagaimana diuraikan di atas.
Selain itu, Ibnu Katsir menyebutkan dalam kitab tafsirnya bahwa yang dimaksud dalam surah Ar-Rum adalah pengepungan Konstantinopel oleh orang-orang Persia sebagai bagian dari rentetan kekalahan Romawi Timur. Dan Pengepungan ini terjadi pada tahun 626 Masehi. Hal ini menyanggah pendapat yang mengatakan bahwa kemenangan Romawi dalam surah Ar-Rum terjadi pada tahun 622 Masehi sebagaimana pendapat pertama. Adalah kejanggalan jika tahun 622 Masehi adalah tahun kemenangan Heraklius, sementara empat tahun setelahnya ibu kota Romawi Timur justru dikepung oleh Persia dari sisi timur dan oleh bangsa-bangsa nomaden dari sisi barat.
Ikrimah, Az-Zuhri, Qatadah, serta yang lainnya Rahimahullah mengatakan bahwa kemenangan bangsa Romawi terjadi saat Perjanjian Hudaibiyyah.² Perjanjian ini terjadi pada tahun 628 Masehi atau enam tahun setelah kemenangan Heraklius pada 622 Masehi sebagaimana penda pat pertama. Demikian pula Imam Ath-Thabari yang menulis dalam Tarikh-nya bahwa kematian Khusrow II sampai ke Madinah pada saat Perjanjian Hudaibiyyah.
Terdapat riwayat yang menyebutkan bahwa bangsa Romawi menang atas bangsa Persia sehingga orang-orang Romawi menambatkan kuda-kuda mereka di kota-kota besar, yakni kota-kota yang berada di wilayah Syam dan Suriah. Ini jelas menyelisihi pendapat yang mengatakan bahwa kemenangan Romawi dalam surah Ar-Rum terjadi pada tahun 622 Masehi. Sebab, Heraklius dan tentaranya merebut kembali Syam dan Suriah pada tahun 629-630 Masehi, yakni setelah mengalahkan Rhahzadh dalam Pertempuran Nineveh yang terjadi tahun 628 Masehi..
Pendapat kedua, berdasarkan perkataan Sufyan Ats-Tsauri yang dikutip oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya bab “Surah Ar Rum” disebutkan bahwa kemenangan Romawi Timur terjadi bertepatan dengan kemenangan Perang Badar. Perang ini terjadi pada tahun 24 Masehi (3 Hijriah). Tidak ada satu kemenangan pun yang begitu signifikan dalam sejarah Romawi setelah tahun 624 Masehi, kecuali kembalinya Yerusalem ke tangan Romawi Timur serta sampainya pasukan Heraklius dan pasukannya ke gerbang Ctesiphon pada tahun 628 Masehi.
Kemungkinan kemenangan di tahun 628 Masehi inilah yang di maksud oleh Sufyan Ats-Tsauri meski ada perbedaan empat tahun. Memang, ketidakcocokkan banyak terjadi ketika mencoba menyelaraskan antara penanggalan Masehi dan Hijriah saat merunut peristiwa yang telah belasan abad berselang. Maka, kemenangan Romawi Timur yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah tibanya Heraklius dan pasukannya di dekat ibu kota Persia pada tahun 628 Masehi. Hal ini diperkuat oleh waktu 8 tahun yang kemungkinan menjadi masa jeda antara kekalahan Romawi Timur dengan kemenangannya. Hal ini mencocoki apa yang telah disebutkan Ikrimah, Az-Zuhri, dan Qatadah yang berpendapat bahwa kemenangan Romawi bertepatan dengan Perjanjian Hudaibiyyah. Dan perjanjian ini terjadi pada tahun 628 Masehi.
Apabila kita mundur delapan tahun ke belakang dari 628 Masehi, kita akan sampai kepada tahun 620 Masehi. Di tahun inilah terjadi klimaks kemenangan Persia atas Romawi Timur. Dengan kata lain, di tahun inilah Romawi Timur “dikalahkan”. Ini merupakan fase terendah dalam masa keterpurukan Heraklius dan imperiumnya, termasuk tragedi pengepungan Konstantinopel-di tahun 626 M-sebagaimana disebut oleh Ibnu Katsir dan seperti yang penulis paparkan dalam bab sebelumnya.
Di tahun 620 Masehi ini, Heraklius tidak berdaya membendung agresi Persia dan kesulitan mengonsolidasi kekuatan militer agar menjadi solid. Dari tahun 620 Masehi hingga puncaknya di tahun 626-saat Konstantinopel dikepung dari sisi barat dan timur-Romawi Timur tidak diharapkan lagi kebangkitannya dan sepintas telah menuju kebinasaannya. Selain itu, pendapat kedua ini juga mencocoki atsar yang menyebutkan bahwa bangsa Romawi menang atas bangsa Persia sehingga orang-orang Romawi menambatkan kuda-kuda mereka di kota-kota besar (di Syam). Sudah barang tentu orang-orang Romawi itu tidaklah dapat menambatkan kuda-kuda mereka di kota-kota besar di Syam, kecuali setelah Heraklius merebut kembali Yerusalem dan Syam seluruhnya. Peristiwa ini terjadi di tahun 629-630 Masehi. Sementara itu, taruhan yang dilakukan antara Abu Bakar dengan orang-orang musyrik Makkah terjadi sebelum Allah ﷻ mengharamkan judi. Demikian hal ini dikutip dari buku Benarkah Kaisar Heraklius Masuk Islam , 2019, Penulis oleh W. T. Prabowo. Wallahu Alam.
Daftar Riwayat :
1. Ibnu Katsir
2. Ibnu Katsir
Berkaitan dengan Akhir Zaman lainnya